Pengkajian
1.
Sirkulasi
- Gejala : riwayat masalah
jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis
vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2.
Integritas ego
- Gejala : perasaan cemas, takut,
marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup.
- Tanda : tidak dapat istirahat,
peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3.
Makanan / cairan
- Gejala : insufisiensi
pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan /
periode puasa pra operasi).
4.
Pernapasan
- Gejala : infeksi, kondisi yang
kronis/batuk, merokok.
5.
Keamanan
- Gejala : alergi/sensitive terhadap
obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko
infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi
anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan
dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi
transfuse.
- Tanda : menculnya proses
infeksi yang melelahkan ; demam.
6.
Penyuluhan / Pembelajaran
- Gejala : pengguanaan
antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual
bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan
ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
Diagnosa
Keperawatan
- Nyeri berhubungan dengan
terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada
jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
- Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan
oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.
- Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan
sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi,
kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan
nekrotik.
- Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal,
terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
- Risiko infeksi berhubungan
dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif
dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
- Kurang pengetahuan tantang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
Intervensi
Keperawatan
Intervensi
adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono,
1994:20)
Implementasi
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi
dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture
Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi :
1.
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan
dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari
intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau
dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Tujuan
:
- Nyeri dapat berkurang atau
hilang.
Kriteria
Hasil :
- Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
Intervensi
:
- Lakukan pendekatan pada klien
dan keluarga. R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
- Kaji tingkat intensitas dan
frekwensi nyeri. R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan
skala nyeri
- Jelaskan pada klien penyebab
dari nyeri. R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien
tentang nyeri.
- Observasi tanda-tanda vital. R/
untuk mengetahui perkembangan klien
- Melakukan kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian analgesik. R/ merupakan tindakan dependent perawat,
dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.
2.
Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup
mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan
atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
Tujuan
:
- Pasien
memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria
hasil :
- Perilaku menampakan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu
untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan
anggota gerak lainya baik.
Intervensi
:
- Rencanakan
periode istirahat yang cukup. R/ mengurangi aktivitas yang tidak
diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas
seperlunya secar optimal.
- Berikan
latihan aktivitas secara bertahap. R/ tahapan-tahapan yang diberikan
membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun
tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
- Bantu
pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan. R/ mengurangi pemakaian energi
sampai kekuatan pasien pulih kembali.
- Setelah
latihan dan aktivitas kaji respons pasien. R/ menjaga kemungkinan adanya
respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
3.
Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami
perubahan secara tidak diinginkan.
Tujuan
:
- Mencapai penyembuhan luka pada
waktu yang sesuai.
Kriteria
Hasil :
- Tidak
ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- Luka
bersih tidak lembab dan tidak kotor.
- Tanda-tanda
vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi
:
- Kaji
kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. R/ mengetahui sejauh
mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
- Kaji
lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka. R/
mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
- Pantau
peningkatan suhu tubuh. R/ suhu tubuh yang meningkat dapat
diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
- Berikan
perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan
steril, gunakan plester kertas. R/ tehnik aseptik membantu mempercepat
penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
- Jika
pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement. R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar
luas pada area kulit normal lainnya.
- Setelah
debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan. R/ balutan dapat diganti satu
atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak
terjadi infeksi.
- Kolaborasi
pemberian antibiotik sesuai indikasi. R / antibiotik berguna untuk
mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi
infeksi.
4.
Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian,
pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
Tujuan
:
- Pasien
akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria
hasil :
- Penampilan
yang seimbang..
- Melakukan
pergerakkan dan perpindahan.
- Mempertahankan
mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik : 0 =
mandiri penuh, 1 = memerlukan alat Bantu, 2 = memerlukan bantuan
dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran, 3 = membutuhkan
bantuan dari orang lain dan alat Bantu, 4 = ketergantungan; tidak
berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi
:
- Kaji
kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan. R/
mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
- Tentukan
tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. R/ mempengaruhi
penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan
ataukah ketidakmauan.
- Ajarkan
dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. R/ menilai batasan
kemampuan aktivitas optimal.
- Ajarkan
dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. R/ mempertahankan
/meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
- Kolaborasi
dengan ahli terapi fisik atau okupasi. R/ sebagai suaatu sumber untuk
mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas
pasien.
5.
Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit.
Tujuan
:
- Infeksi
tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria
hasil :
- Tidak
ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- Luka
bersih tidak lembab dan tidak kotor.
- Tanda-tanda
vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi
:
- Pantau
tanda-tanda vital. R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama
bila suhu tubuh meningkat.
- Lakukan
perawatan luka dengan teknik aseptik. R/ mengendalikan penyebaran
mikroorganisme patogen.
- Lakukan
perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka,
dll. R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
- Jika
ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit. R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa
terjadi akibat terjadinya proses infeksi.
- Kolaborasi
untuk pemberian antibiotik. R/ antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen.
6.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi informasi.
Tujuan
:
- Pasien mengutarakan pemahaman
tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria
Hasil :
- Melakukan prosedur yang
diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- Memulai perubahan gaya hidup
yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi
:
- Kaji
tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. R/ mengetahui
seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
- Berikan
penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. R/
dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya
akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
- Anjurkan
klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. R/ diet dan pola
makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
- Minta
klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
Evaluasi
Evaluasi
addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi
yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :
- Nyeri dapat berkurang atau
hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
- Pasien memiliki cukup energi
untuk beraktivitas.
- Mencapai penyembuhan luka pada
waktu yang sesuai
- Pasien akan menunjukkan tingkat
mobilitas optimal.
- Infeksi tidak terjadi /
terkontrol
- Pasien mengutarakan pemahaman
tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Daftar
Pustaka
- Black,
Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company :
Philadelpia
- Boedihartono,
1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.
- Brooker,
Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
- Brunner
dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
- Doenges,
Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
- E.
Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta
- Nasrul,
Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.
- Sjamsuhidajat,
R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta
- Wilkinson,
Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
- Smeltzer,
Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner &
Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
- FKUI.
1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta
- http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment