STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU
LAHIR
Pemeriksaan
fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai
status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru
lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit.
Sebelum
melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
1. Bayi
sebaiknya dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
2. Lakukan
prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dulu, seperti jantung, paru dan abdomen
3. Lakukan
prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir.
4. Bicara
lembut, pegang tangan bayi diatas dadanya atau lainnya.
Pemeriksaan
fisik pada bayi baru lahir meliputi :
1.
Pemeriksaan
kepala
Cara
:
1. Lakukan
inspeksi pada daerah kepala
2. Lakukan
penilaian pada bagian tersebut, diantaranya :
a. Maulage
yaitu tulan tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri atau tidak
b. Ada
tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan tidak
berfluktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyebrangi sutura dan akan hilang
dalam beberapa hari
c. Ada
tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak
pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya konsistensi
lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang t5engkorak, tidak
menyebrangi sutura dan apabila meyeberangi suitura kemungkinan mengalami
fraktur tulang tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6
bulan.
d. Ada
tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan
jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk
kepala tampak asimetris, sering diraba menjadi fluktuasi dan edema.
e. Adanya
fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel posterior
akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior
menutup saat usia 12-18 bulan.
2.
Pemeriksaan
Mata
Cara
:
1.
Lakukan inspeksi daerah mata
2.
Tentukan penilaian ada tidaknya
kelainan, seperti :
a. Strabismus
(koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara menggoyangkan kepala
secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.
b. Kebutaan,
seperti jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang
c. Sindrom
down, ditemukan epicanthus melebar.
d. Glaukoma
kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea
e. Katarak
kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih
3.
Pemeriksaan
Telinga
Cara
:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi
reflek terkejut maka pendengarannya baik, kemudian apabila tidak terjadi
refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
4.
Pemeriksaan
Hidung
Cara
:
1. Amati
pola pernafasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan bayi
mengalami obstruksi jaln napas karena
adanya atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung, atu ensefalokel yang
meninjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menunjukkan
gangguan pada paru.
2. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret
mukopurulen dan berdarah perlu dipikirkan penyakit sifilis kongenital dan
kemungkinan lain.
5.
Pemeriksaan
Mulut
Cara
:
1. Lakukan
inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut
2. Amati
warna, kemampuan refleks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat dinilai
kecacatan kongenital
3. Amayi
adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi biasanya disebut Monilia
albicans
4. Amati
gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen
6.
Pemeriksaan
pada Leher
Cara
:
Amati pergerakan leher apabila terjadi
keterbatasan dalam pergerakannya maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang
leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain
7.
Pemeriksaan
Dada, Paru, Jantung
Cara
:
1. Lakukan
inspeksibentuk dada :
a. Apabila
tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks paresis diafragma atau
hernia diafragmatika
b. Pernapasan
bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen bergherak secara bersamaan.
Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali/menit, perhitungannya harus
satu menit penuh karena terdapat periodic breathing dimna pola pernapasan pada
neonatus terutama pada prematur ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan
terjadi secara berkala.
2. Lakukan
palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan
cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung
3. Lakukan
auskultasi paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop untuk menilai
frekuensi, dan suara napas/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung
antar 120-160 kali/menit. Suara bising sering ditemukan pada bayi, apabila ada
suara bisisng usus pada daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
8.
Pemeriksaan
Abdomen
Cara :
1. Lakukan
inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan disebabkan
hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya kembung.
2. Lakukan
auskultasi adanya bising usus
3. Lakukan
perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm dibawah arkus kosta kanan. Limpa teraba di
2-3 cm dibawah arkus kosta kiri
4. Lakukan
palpasi ginjal, dengan cara atur posisi terlentang dan tungki bayi dilipat agar
otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat
diraba setinggi umbilikus diantara garis tengah dan tepi perut. Bagian ginjal
dapat diraba sekitar 2-3 cm, adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan
oleh neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.
9.
Pemeriksaan
Tulang Belakang dan Ekstremitas
Cara
:
1. Letakkan
bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada
tidaknya kelainan, seperti : skoliosis, meningokel, spina bifida, dan
lain-lain.
2. Amati
pergerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan, dan
kelainan bentuk jari.
10.
Pemeriksaan
Genetalia
Cara
:
1. Lakukan
inspeksi pada genetalia wanita, seperti keadaan labia minora, labia mayora,
lubang uretra dan lubang vagina
2. Lakukan
inspeksi pada genetalia laki-laki, seperti keadaan penis, ada tidaknya
hipospadia (defek dibagian central ujung penis atau defek sepanjang penis), dan
epispadia (defek pada dorsum penis)
11.
Pemeriksaan
Anus dan Rektum
Cara
:
1. Lakukan
inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia ani atau
posisi anus
2. Lakukan
inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam) apabila ditemukan
dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya mekonium plug syndrome,
megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
12.
Pemeriksaan
Kulit
Cara
:
1. Lakukan
inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi
yang cukup bulan)
2. Lakukan
inspeksi ada tidaknya lanugo (ramb ut halus yang terdapat pada punggung bayi).
Lanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari bayi cukup bulan
13.
Pemeriksaan
Refleks
Pemeriksaan
refleks
|
Cara
pengukuran
|
Kondisi
normal
|
Kondisi patologis
|
Berkedip
|
Sorotkan
cahaya ke mata bayi
|
Dijumpai
pada tahun pertama
|
Jika
tidak dijumpai menunjukkan kebutaan
|
Tanda
babinski
|
Gores
telapak kaki sepanjang tepi luar, dimulai dari tumit
|
Jari
kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi, dijumpai sampai umur 2 tahun
|
Bila
penge,bangan jari kaki dorsofleksi setelah umur 2 tahun adanya tanda lesi
ekstrapiramidal
|
Merangkak
|
Letakkan
bayi tengkurap diatas permukaan yang rata
|
Bayi
membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki bila diletakkan pada abdomen
|
Apabila
gerakan tidak simetris adanya tanda neurologi
|
Menari/melangkah
|
Pegang
bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang rata
|
Kaki
akan bergerak ke atas dan ke bawah bila sedikit disentuhkan ke permukaan
keras, dijumpai pada 4-8 minggu pertama
|
Refleks
menetap melebihi 4-8 minggu pertama merupakan keadaan abnormal
|
Ekstruksi
|
Sentuh
lidah dengan ujung spatel lidah
|
Lidah
ekstensi kearah luar bila disentuh, dijumpai pada umur 4 bulan
|
Ekstensi
lidah yang persisten adanya sindrom down
|
Galant`s
|
Gores
punggung bayi sepanjang sisi tulang belakang dari bahu sampai bokong
|
Punggung
bergerak ke arah samping bila distimulasi, dijumpai pada usia 4-8 minggu
pertama
|
Tidak
adanya refleks menunjukkan lesi medula spinalis transversa
|
Moro`s
|
Ubah
posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja/tempat tidur
|
Lengan
ekstensi, jari-jari mengembang kepala terlempar ke belakang, tungkai sedikit
ekstensi, lengan kembali ke tengah dengan tangan menggenggam tulang belakang
dan ekstremitas bawah ekstensi. Lebih kuat selama 2 bulan menghilang pada
umur 3-4 tahun
|
Refleks
yang menetap lebih pada 4 bulan adanya kerusakan otak, respon tidak simetris
adanya hemiparesis, fraktur klavikula atau cedera fleksus brachialis, tidak
ada respon ekstremitas bawah adanya dislokasi pinggul atau cedera medulla
spinalis
|
Neck Righting
|
Letakkan
bayi dalam posisi terlentang, coba menarik perhatian bayi dari satu sisi
|
Bila
bayi terlentang, bahu dan badan kemudian p-elvis berotasi ke arah dimana bayi
diputar, dan dijumpai selama 10 bulan pertama
|
Tidak
ada refleks atau refleks menetap lebih dari 10 bulan menunjukkan adanya
gangguan sistem saraf pusat
|
Menggenggam
(palmar grasp)
|
letakkan
jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika relfeks lemah atau tidak
ada berikan bayi botol atau dot, karena menghisap akan mengeluarkan refleks
|
Jari-jari
bayi melengkung disekitar jari yang diletakkan di telapak tangan bayi dari
sisi ulnar, refleks ini menghilang pada umur 3-4 bulan
|
Fleksi yang tidak simetris menunjukkan
adanya paralisis, refleks menggenggam yang menetap menunjukkan gangguan
serebral
|
Rooting
|
Gores
sudut mulut bayi garis tengah bibir
|
Bayi
memutar ke arah pipi yang digores refleks ini menghilang pada usia 3-4 bulan
tetapi bisa menetap sampai umur 12 bulan khususnya selama tidur
|
Tidak adanya refleks meunjukkan adanya
gangguan neurologi berat
|
Kaget
(startle)
|
Bertepuk
tangan dengan keras
|
Bayi
mengekstensi dan memfleksi lengan dalam berespon terhadap suara yang keras,
tangan tetap rapat, refleks ini akan menghilang setelah umur 4 bulan
|
Tidak adanya refleks menunjukkan
adanya gngguan pendengaran
|
Menghisap
|
Berikan
bayi botol dan dot
|
Bayi
menghisap dengan kuat dalam berespon terhadap stimulasi refleks ini menetap
selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi
|
Refleks
yang lemah atau tidak ada menunjukkan kelambatan perkembangan atau keadaan
neurologi yang abnormal
|
Tonic neck
|
Putar
kepala bayi dengan cepat ke satu sisi
|
Bayi
melakukan perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi, lengan dan
tungkai ekstensi ke arah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi yang
berlawanan, normalnya refleks ini tidak terjadi setiap kali kepala diputar.
Tampak kira-kira pada umur 2 bulan dan menghilang pada umur 6 bulan
|
Tidak
normal bila respon terjadi setiap kepala diputar, jika menetap adanya
kerusakan serebral mayor
|
DAFTAR PUSTAKA
Putra sitiatava rizema.
2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita
untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jogjakarta: D-MEDIKA
Wahyuni
Sari. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, &
Balita. Jakarta: EGC
Hidayat
A.Aziz Alimul. 2006. Keterampilan Dasar
Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Davies
Lorna, Sharon McDonald. 2011. Pemeriksaan
Kesehatan Bayi. Jakarta: EGC