Search This Blog

Sunday, 14 October 2018

PENJELASAN SINGKAT GLAUKOMA


Pengertian
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani: Glaukos yang berarti hijau kebiruan yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita ditandai dengan adanya peningkatan tekanan bola mata, atropi papil saraf optik dan menciutnya lapang pandang. Glaukoma adalah penyakit mata  yang menyebabkan proses hilangnya pengelihatan yang disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan didalam mata, karena gangguan makanisme pengeluaran cairan mata dan kelainan syaraf mata. Jika tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kerusakan retina dan resiko kebutaan total.

Etiologi
  1. Umur
  2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
  3. Tekanan bola mata
  4. Pemakaian steroid secara rutin

Klasifikasi
  1. Glaukoma sudut terbuka
  2. Glaukoma penutupan sudut
  3. Glaukoma dengan mekanisme kombinasi; sudut terbuka yang mengalami glaukoma penutupan sudut
  4.  Glaukoma pertumbuhan/kongenital

Manifestasi Klinis
Keluhan
  1. Penglihatan kabur mendadak
  2. Nyeri
  3. Mual
  4. Muntah
  5. Melihat halo (warna kuning disekitar objek)
Pemeriksaan Fisik
  1. Visus mata menurun
  2. Mata merah
  3. Kornea suram
  4. Rincian iris tidak tampak
  5. Pupil sedikit melebar, tidak ada reaksi terhadap sinar.
  6. Diskus optikus terlihat merah dan bengkak

Pemeriksaan Diagnostik
¡  Pemeriksaan mata dengan oftalmoskop (saraf optikus)
¡   Tonometri (mengukur TIO)
¡  Perimetri (luas lapang pandang)

Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
       Obat sistemik
       Obat tetes mata lokal
2. Terapi Bedah



APA ITU ALERGI?


Pengertian
                Alergi adalah suatu perubahan daya reaksi tubuh terhadap kontak pada suatu zat (alergen) yang memberi reaksi terbentuknya antigen dan antibodi.

Jenis Alergi
Secara umum penyakit alergi digolongkan dalam beberapa golongan:
  1. Alergi Atopik
  2. Alergi obat
  3. Dermatitis kontak
Ada beberapa jenis penyebab alergi yaitu :
       Defisiensi limfosit T yang mengakibatkan kelebihan IgE
       Kelainan pada mekanisme umpan balik mediator
       Faktor genetik
       Faktor lingkungan

Patofisiologi
Gejala alergi timbul apabila reagin atau IgE yang melekat pada permukaan mastosit atau basophil bereaksi dengan alergen yang sesuai. Interaksi antara alergen dengan IgE yang menyebabkan ikat-silang antara 2 reseptor-Fc mengakibatkan degranulasi sel dan pelepasan substansi-substansi tertentu misalnya histamin, vasoactive amine, prostaglandin, tromboksan. Degranulasi dapat terjadi kalau terbentuk ikat-silang akibat reaksi antara IgE pada permukaan sel dengan anti-IgE.

Manifestasi Klinis
       Asma
       Urtikaria
       Diare dan kram abdomen
       Muntah-muntah
       Dermatitis atopik

Pemeriksaan Diagnostik
       Pengukuran kadar IgE dengan menggunakan metode ELISA atau RIA.
       Tes kulit seperti tes tusuk (prick test), tes tempel (pacth test).
       Pengukuran kadar histamin dalam darah atau urin dengan metode ELISA atau HPLC.
       Analisis immunoglobulin serum dapat menunjukkan peningkatan basophil dan eosinofil.

Penatalaksanaan
1. Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eleminasi
2. Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian :
       Antihistamin dan obat-obat yang menghambat degranulasi sel mast
       Kortikosteroid yang dihirup bekerja sebagai obat peradangan dan dapat mengurangi gejala suatu alergi
3. Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak memuaskan dilakukan imunoterapi melalui :
       Terapi desensitisasi



Tuesday, 9 October 2018

KONSEP SKIZOFRENIA (PENYEBAB DAN PEMBAGIANNYA)


Pengertian 

Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).

Penyebab
1. Keturunan
  • Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
2. Endokrin
  • Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
3. Metabolisme
  • Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
4. Susunan saraf pusat
  • Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.
5. Teori Adolf Meyer
  • Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
6. Teori Sigmund Freud
  • Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.
7. Eugen Bleuler
  • Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
8. Teori lain
  • Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.
9. Ringkasan
  • Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnya terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ).
Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :

1. Skizofrenia Simplek
  • Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
  • Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti manerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
  • Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
  • Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
  • Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
  • Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
  • Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejala depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.
Konsep Dasar Skizofrenia Hebefrenik

1. Batasan : Salah satu tipe skizofrenia yang mempunyai ciri ;
  • Inkoherensi yang jelas dan bentuk pikiran yang kacau (disorganized).
  • Tidak terdapat waham yang sistemik
  • Efek yang datar dan tak serasi / ketolol – tololan.
2. Gejala Klinik : Gambaran utama skizofrenia tipe hebefrenik berupa :
  • Inkoherensi yang jelas
  • Afek datar tak serasi atau ketolol – tololan.
  • Sering disertai tertawa kecil (gigling) atau senyum tak wajar.
  • Waham / halusinasi yang terpecah – pecah isi temanya tidak terorganisasi sebagai suatu kesadaran, tidak ada waham sistemik yang jelas gambaran penyerta yang sering di jumpai.
  • Menyertai pelanggaran (mennerism) berkelakar.
  • Kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrem dari hubungan sosial.
  • Berbagai perilaku tanpa tujuan.
Gambaran klinik ini di mulai dalam usia muda (15-25 th) berlangsung pelan – pelan menahan tanpa remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial terjadi paling hebat di banding tipe yang lain.



Wednesday, 3 October 2018

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) ATAU GAGAL GINJAL KRONIS


Definisi
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible, gangguan funsi ginjal adalah penurunan laju filterasi glomerolus yang dapat di golongkan ringan, sedang, berat.

Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik merupakan kelanjutan dari beberapa jenis penyakit seperti :
1)      Penyakit jaringan jaringan ginjal kronis seperti glomerulonefritis
2)      Infeksi kronis, misalnya pyelonefritis dan tuberculosis.
3)      Kelainan bawaan seperti kista  ginjal.
4)      Obstruksi ginjal misalnya batu ginjal.
5)      Penyakit vaskuler, seperti nefro sclerosis dan penyaki hypertensi.
6)      Obat – obatan yang dapt merusak  ginjal, misalnya pemberian terapi aminoglikosida dalam jangka panjang.
7)      Penyakit endrokrin misalnya komplikasi diabetes.

Patofisiologi
Ada dua pendekatan teoritis yang biasanya diajukan untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal, pada gagal ginjal kronis. Sudut pandang tradisional mengatakan bahwa semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda – beda dan bagian – bagian spesifik dari nefron yang berkaitan tertentu dapat benar – beenar rusak atau berubah strukturnya, misalnya lesi organic pada medulla atau merusak susunan anatomic dari lengkung henle yang  akan menggau proses aliran balik pemekat dan aliran balik penukar pendekatan kedua dikenal dengan dengan  nama hipotesis bricker atau hipotesis nefron yang utuh yang berpendapat bahwa bila nefron terserang penyakit maka semua unit akan hancur namun sisa nefron yang masih utuh akn bekerja normal. Uremia akn hancur bilamana jumlah jumlah nefron sudah sedemikian berkurang sehingga keseimbangan  cairan dan elektrolit sudah tidak bias di pertahanka lagi. Hipotesis nefron yang utuh ini paling paling berguna  untuk menjelasakan pola adaptasi funsional pada penyakit ginjal progresif yaitu kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit tubuh kendatipun ada penurunan GFR yang nyata.

Manifestasi Klinis
a) Gastrointestinal: 
     anoreksia nouse, muntah, hematomesis melena.
b) SPP/neurologik:
   lelah malas, insomnia, sakit kepala, kejang, koma, fasikulasi otot, mioklonus, neuropati perifer, perubahan –perilaku.
c) Kardiovaskuler: 
     hipertensi, payah jantung kongesty, perikarditis, myokarditis uremik.
d) Hematologi:
     anemia, diatesis, hemorargik.
e) Endokrin metablik: 
    Hiper/hipoglikemia, hiperlipedemia tipe IV hiperparatiroidisme, disfungsi sex menstruasi, retardaasi pertumbuhan badan.
f) Dermatologi:
     kult kering, gatal – gatal.

Pemeriksaan Penunjang
Kreatinin plasma akan meningkat seiring  dengan penurunan laju filterasi glomerolus, dimulai bila laju kurang dari  60 ml/m, pada gagal gijal terminal konsentrasi kreatinn dibawah 1 m mol/ lt, konsentrasi ureum plama kurang dapa di percaya karma dapat menurun pada diet rendah protein dan meningkat pada diet tinggi protein, kekurangan garam dan keadaan katabolic. Biasanya konsenterasi ureum pada gagal ginjal terminal adalah 20 – 60 mmol/lt.
Terdapat penurunan bikarbonatplasma (15 – 25 mmol/l) penurunan pH dan peningkatan anion gap. Konsenterasi natrium biasanya normal. Namun dapat meningkat atau menurun akibat masukan caoiran inadekuat. Atau kelebihan. Hiperkalemia tanda – tanda gagal ginjal yang berat, kecuali terdapat masukan yang  berlebiha. Asidosis tubular ginjal atau hiperaldosteronisme.
Terdapan peningkatan konsentrasi fosfat plasma dan peningkatan kalsium plasma, kemudian fosfatase alkali meningkat, dapat ditemukan peningkatan parathormon pada hiperparatiroidisme. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan anemia normositik normokrom dan terdapat sel Burn pada uremia berat. Leukosit dan trombosit masih dalam batas normal. Peeriksaan mikroskopik urine menunjukkan kelainan penykit yang mendasariya. Kreatinin meningkat melebihi laju filterasi glomerous dan turun menjadi kurang dari 5ml/m pada gagal ginjal terminal dapat ditemukan proteinuria 200 – 1000 mg/hr.
Pemeriksaan biokimia lasma untuk mengetahui fungsi gimjal dan gangguan elektrolit. Mikroskopik urine, test serologi untuk mengetahui penyebab glomerolus nefritis dan tes – tes penyaringan sebagai persiapan sebalum dialysis (biasanya hepatitis B dan HIV).
USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan penyebab gagal ginjal, misalnya adanya kista atau obstruksi pelvis ginjal. Dapat juga dipakai foto polos abdomen jika ginjal lebih kecil disbanding usia dan besar tubuh pasien lebih cenderung kearah gagal ginjal kronik.


KANKER OVARIUM (CA OVARIUM)


Pengertian

Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995). Karsinoma ovarium epithelial adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan(CancerNet, 2001). Kanker ovarium berasal dari sel – sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.

Etiologi

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

1. Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. Penyebab dari kanker ovarium adalah multifaktor.
 Teori pertama menerangkan mengenai trauma minor yang berlangsung terus menerus selama siklus ovulasi (siklus pengeluaran telur setiap bulannya), teori kedua menerangkan mengenai pajanan indung telur terhadap hormon gonadotropin dapat meningkatkan risiko keganasan. Teori ketiga menerangkan mengenai karsinogen (zat yang dapat merangsang terjadinya keganasan) dapat berkontak dengan indung telur melalui saluran reproduksi. Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap kejadian kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita yang mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap Ca mamae 3-4 kali lipat.

Manifestasi Klinis

Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1.Haid tidak teratur
2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. Nyeri tekan pada payudara
5. Menopause dini
6. Rasa tidak nyaman pada abdomen
7. Dispepsia
8. Tekanan pada pelvis
9. Sering berkemih
10. Flatulenes
11. Rasa begah setelah makan makanan kecil
12. Lingkar abdomen yang terus meningkat.
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan–keluhan:
• Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)
• Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu makan dll
• Gangguan sistem urinaria; inkontinensia uri
• Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
• Menstruasi tidak teratur
• Lelah
• Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
• Nyeri saat berhubungan seksual
• Penurunan berat badan
• Dll.
Sebanyak 60% wanita yang didiagnosis menderita kanker ovarium sudah memasuki tahap lanjut dari penyakit ini. Pada umumnya tidak didapatkan gejala dini pada kanker ini, seandainya ada biasanya samar-samar. Gejala tersebut termasuk diantaranya nyeri pada panggul, kembung, mudah lelah, penurunan berat badan, konstipasi (sembelit), perdarahan menstruasi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya suatu massa atau benjolan pada panggul merupakan tanda yang perlu dicurigai.

Deteksi Dini Kanker Ovarium

Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik metode pemeriksaan yang sekarang ini digunakan sebagai penyaring kanker ovarium adalah:
1. Pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk mengetahui bentuk dan ukuran yang abnormal, meskipun pemeriksaan rektovaginal tidak dapat mendeteksi stadium dini kanker ovarium.
2. Ultrasounografi (USG): Dengan gelombang ultrasound untuk membedakan gambaran jaringan sehat, kista dan bentuk tumor padat, melalui abdomen ataupun pervaginam, dimana mampu mendeteksi keganasan dengan keluhan asimtomatik tapi ketepatan pada stadium dini rendah.
3. Penanda tumor CA-125: Pemeriksaan darah CA-125 digunakan untuk menilai kadar CA-125 dimana peningkat pada kanker ovarium, wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut terjadi peningkatan CA-125 (>35µ/ml) sekitar 80% walaupun ketepatan pemeriksaan ini baru mencapai 50 % pada stadium dini, pada wanita premonopause, kehamilan, endometriosis, fibroid uterine, penyakit ganguan fungsi hati dan kista ovarium juga terjadi peningkatan kadar CA-125.


Tuesday, 2 October 2018

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1.      Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
2.      Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dulu, seperti jantung, paru dan abdomen
3.      Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir.
4.      Bicara lembut, pegang tangan bayi diatas dadanya atau lainnya.

Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir meliputi :
1.                  Pemeriksaan kepala
Cara :
1.      Lakukan inspeksi pada daerah kepala
2.      Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya :
a.       Maulage yaitu tulan tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri atau tidak
b.      Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyebrangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari
c.       Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang t5engkorak, tidak menyebrangi sutura dan apabila meyeberangi suitura kemungkinan mengalami fraktur tulang tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
d.      Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tampak asimetris, sering diraba menjadi fluktuasi dan edema.
e.       Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.

2.                  Pemeriksaan Mata
Cara :
1.                   Lakukan inspeksi daerah mata
2.                   Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti :
a.       Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.
b.      Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang
c.       Sindrom down, ditemukan epicanthus melebar.
d.      Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea
e.       Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih
3.                  Pemeriksaan Telinga
Cara :
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejut maka pendengarannya baik, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
4.                  Pemeriksaan Hidung
Cara :
1.      Amati pola pernafasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan bayi mengalami  obstruksi jaln napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung, atu ensefalokel yang meninjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menunjukkan gangguan pada paru.
2.      Amati  mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah perlu dipikirkan penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.

5.                  Pemeriksaan Mulut
Cara :
1.      Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut
2.      Amati warna, kemampuan refleks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat dinilai kecacatan kongenital
3.      Amayi adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi biasanya disebut Monilia albicans
4.      Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen



6.                  Pemeriksaan pada Leher
Cara :
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain
7.                  Pemeriksaan Dada, Paru, Jantung
Cara :
1.      Lakukan inspeksibentuk dada :
a.       Apabila tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks paresis diafragma atau hernia diafragmatika
b.      Pernapasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen bergherak secara bersamaan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali/menit, perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic breathing dimna pola pernapasan pada neonatus terutama pada prematur ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.
2.      Lakukan palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung
3.      Lakukan auskultasi paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop untuk menilai frekuensi, dan suara napas/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antar 120-160 kali/menit. Suara bising sering ditemukan pada bayi, apabila ada suara bisisng usus pada daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.




8.                  Pemeriksaan Abdomen
Cara :
1.      Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya kembung.
2.      Lakukan auskultasi adanya bising usus
3.      Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm dibawah arkus kosta kanan. Limpa teraba di 2-3 cm dibawah arkus kosta kiri
4.      Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi terlentang dan tungki bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus diantara garis tengah dan tepi perut. Bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm, adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.

9.                  Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Cara :
1.      Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada tidaknya kelainan, seperti : skoliosis, meningokel, spina bifida, dan lain-lain.
2.      Amati pergerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan, dan kelainan bentuk jari.
10.              Pemeriksaan Genetalia
Cara :
1.      Lakukan inspeksi pada genetalia wanita, seperti keadaan labia minora, labia mayora, lubang uretra dan lubang vagina
2.      Lakukan inspeksi pada genetalia laki-laki, seperti keadaan penis, ada tidaknya hipospadia (defek dibagian central ujung penis atau defek sepanjang penis), dan epispadia (defek pada dorsum penis)

11.              Pemeriksaan Anus dan Rektum
Cara :
1.      Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia ani atau posisi anus
2.      Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam) apabila ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya mekonium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.

12.              Pemeriksaan Kulit
Cara :
1.      Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi yang cukup bulan)
2.      Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (ramb ut halus yang terdapat pada punggung bayi). Lanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari bayi cukup bulan

13.              Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan refleks
Cara pengukuran
Kondisi normal
Kondisi patologis
Berkedip
Sorotkan cahaya ke mata bayi
Dijumpai pada tahun pertama
Jika tidak dijumpai menunjukkan kebutaan
Tanda babinski
Gores telapak kaki sepanjang tepi luar, dimulai dari tumit
Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi, dijumpai sampai umur 2 tahun
Bila penge,bangan jari kaki dorsofleksi setelah umur 2 tahun adanya tanda lesi ekstrapiramidal
Merangkak
Letakkan bayi tengkurap diatas permukaan yang rata
Bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki bila diletakkan pada abdomen
Apabila gerakan tidak simetris adanya tanda neurologi
Menari/melangkah
Pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang rata
Kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah bila sedikit disentuhkan ke permukaan keras, dijumpai pada 4-8 minggu pertama
Refleks menetap melebihi 4-8 minggu pertama merupakan keadaan abnormal
Ekstruksi
Sentuh lidah dengan ujung spatel lidah
Lidah ekstensi kearah luar bila disentuh, dijumpai pada umur 4 bulan
Ekstensi lidah yang persisten adanya sindrom down
Galant`s
Gores punggung bayi sepanjang sisi tulang belakang dari bahu sampai bokong
Punggung bergerak ke arah samping bila distimulasi, dijumpai pada usia 4-8 minggu pertama
Tidak adanya refleks menunjukkan lesi medula spinalis transversa
Moro`s
Ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja/tempat tidur
Lengan ekstensi, jari-jari mengembang kepala terlempar ke belakang, tungkai sedikit ekstensi, lengan kembali ke tengah dengan tangan menggenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah ekstensi. Lebih kuat selama 2 bulan menghilang pada umur 3-4 tahun
Refleks yang menetap lebih pada 4 bulan adanya kerusakan otak, respon tidak simetris adanya hemiparesis, fraktur klavikula atau cedera fleksus brachialis, tidak ada respon ekstremitas bawah adanya dislokasi pinggul atau cedera medulla spinalis
Neck Righting
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, coba menarik perhatian bayi dari satu sisi
Bila bayi terlentang, bahu dan badan kemudian p-elvis berotasi ke arah dimana bayi diputar, dan dijumpai selama 10 bulan pertama
Tidak ada refleks atau refleks menetap lebih dari 10 bulan menunjukkan adanya gangguan sistem saraf pusat
Menggenggam (palmar grasp)
letakkan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika relfeks lemah atau tidak ada berikan bayi botol atau dot, karena menghisap akan mengeluarkan refleks
Jari-jari bayi melengkung disekitar jari yang diletakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, refleks ini menghilang pada umur 3-4 bulan
Fleksi yang tidak simetris menunjukkan adanya paralisis, refleks menggenggam yang menetap menunjukkan gangguan serebral
Rooting
Gores sudut mulut bayi garis tengah bibir
Bayi memutar ke arah pipi yang digores refleks ini menghilang pada usia 3-4 bulan tetapi bisa menetap sampai umur 12 bulan khususnya selama tidur
Tidak adanya refleks meunjukkan adanya gangguan neurologi berat
Kaget (startle)
Bertepuk tangan dengan keras
Bayi mengekstensi dan memfleksi lengan dalam berespon terhadap suara yang keras, tangan tetap rapat, refleks ini akan menghilang setelah umur 4 bulan
Tidak adanya refleks menunjukkan adanya gngguan pendengaran
Menghisap
Berikan bayi botol dan dot
Bayi menghisap dengan kuat dalam berespon terhadap stimulasi refleks ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi
Refleks yang lemah atau tidak ada menunjukkan kelambatan perkembangan atau keadaan neurologi yang abnormal
Tonic neck
Putar kepala bayi dengan cepat ke satu sisi
Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi ke arah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi yang berlawanan, normalnya refleks ini tidak terjadi setiap kali kepala diputar. Tampak kira-kira pada umur 2 bulan dan menghilang pada umur 6 bulan
Tidak normal bila respon terjadi setiap kepala diputar, jika menetap adanya kerusakan serebral mayor








DAFTAR PUSTAKA
Putra sitiatava rizema. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jogjakarta: D-MEDIKA
Wahyuni Sari. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: EGC
Hidayat A.Aziz Alimul. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Davies Lorna, Sharon McDonald. 2011. Pemeriksaan Kesehatan Bayi. Jakarta: EGC

KESEHATAN JIWA KONSEP DASAR WAHAM

PENGERTIAN Waham adalah keyakinan tentang sesuatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegency dan l...